Jangan Membuat Kami lebih Kecewa

,
Bom yang kembali mengguncang kota Jakarta pada hari Jumat pekan lalu (17 Juli 2009) cukup banyak memberikan dampak yang negatif bagi Indonesia, tidak terkecuali pada sektor ekonomi beserta perangkat-perangkat pendukungnya, pemasaran misalnya. Hal yang paling santer terlihat dalam hal ini adalah dengan meruginya sejumlah pihak atas batalnya kehadiran salah satu tim sepakbola papan atas dunia,”The Red Devil” Manchester United. Kerugian yang ditimbulkan pun tidak tanggung-tanggung, mencapai Rp. 50 Milyar lebih sebagaimana yang disampaikan oleh PSSI. Kerugian yang diderita tidak hanya ditanggung oleh pihak panitia pelaksana saja selaku pihak penyelenggara utama, pihak ketiga (sponsor, agen tiket, hotel, dan lainnya) yang mendukung terwujudnya pertandingan tersebut pun juga tak luput dari kerugian. Kedatangan MU memang telah dijadikan oleh sebagian pihak sebagai momentum berharga yang dipandang paling tepat untuk memajukan usaha bisnis mereka, termasuk dengan cara memasarkan produk-produk mereka dengan menggunakan MU sebagai atribut pemasarannya. Namun apa mau dikata, bom yang kembali menghajar kawasan Kuningan tersebut terpaksa membuat mereka menderita kerugian yang besar sehingga pada akhirnya malah hanya menyisakan problematika yang rumit, pengembalian tiket pada konsumen misalnya.

Seperti yang sudah kita ketahui jauh-jauh hari sebelumnya, penjualan tiket pertandingan MU vs Indonesia All Star memang cukup rumit. Cukup banyak pihak-pihak yang campur tangan dalam proses ini sehingga apabila pada akhirnya kejadian force majeur seperti pengeboman ini terjadi, maka sudah dapat dipastikan bahwa proses pengembalian tiket pun akan rumit pula. Mulai dari pemesanan tiket dengan booking fee yang cukup besar, pembelian tiket melalui salah satu operator seluler, hingga melalui pemesanan online kepada “pihak” tertentu yang pada akhirnya—disadari atau tidak—cukup merugikan konsumen. Meskipun harus melalui cara yang berbelit-belit dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, tetap saja banyak konsumen yang rela untuk melakukannya. Dalam teori perilaku konsumen yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, dikatakan bahwa kebanyakan dorongan psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan (membeli) sesuatu dilakukan tanpa disadari sepenuhnya oleh orang tersebut.

Rasionalitas dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk (baik barang atau jasa) justru lebih lemah apabila dibandingkan dengan aspek emosionalitas si konsumen. Lemahnya aspek rasionalitas ini dapat sangat terasa pada segmen konsumen tertentu di masyarakat, penggila sepakbola misalnya. Mereka yang sudah sangat tergila-gila pada tim kesayangannya tidak akan berpikir panjang lagi untuk dapat memperoleh selembar tiket pertandingan bola tim kesayangannya. Keinginan yang menggebu-gebu inilah yang kemudian membuat sebagian dari mereka tak peduli dengan cara bagaimana, berapa besar biaya, atau kepada siapa mereka dapat memperoleh tiket tersebut. Ironisnya, hal ini justru dijadikan oleh sebagian pihak sebagai peluang untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya.

Tidak salah memang memanfaatkan aspek psikologis manusia sebagai salah satu basis strategi dalam melakukan penjualan. Dalam dunia pemasaran sendiri pun perilaku konsumen dimanfaatkan sebagai salah satu unsur penciptaan marketing plan yang sempurna. Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan terkait penggunaan perilaku konsumen dalam marketing plan. Para pengusaha, produsen barang/jasa mesti menyadari betul bahwa semakin besar mereka memanfaatkan perilaku para konsumennya, maka akan semakin besar pula feedback yang harus mereka berikan kepada para konsumen yang telah mereka “manfaatkan” tersebut. Sekali saja para konsumen merasa dikecewakan, maka akan sulit untuk membuat mereka seperti sediakala, belum lagi dengan adanya Word of Mouth negatif yang akan mereka sebarkan.

Setelah terjadinya tragedi bom beberapa waktu lalu yang menyebabkan banyak para fans sepakbola Indonesia kecewa berat karena gagalnya kedatangan tim MU, maka jangan sampai para fans yang notabene merupakan konsumen tersebut lebih dikecewakan lagi dengan segala macam alasan dan tindakan terkait dengan proses refund uang mereka. Di sinilah peranan perusahaan sebagai pengayom konsumen akan sangat terlihat. Komunikasi yang interaktif dan secara intensif dilakukan oleh berbagai pihak terkait refund dapat saja menjadi elixir bagi para fans sepakbola yang sudah mengeluarkan segala jerih payahnya demi menyambut hari yang mereka nantikan. Semoga.


0 komentar to “Jangan Membuat Kami lebih Kecewa”

Posting Komentar

 

Marketing Kami Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger