“Membunuh” Facebook atau Meruntuhkan Mitos?

,
Saat ini adalah masa kejayaannya situs-situs jejaring sosial macam Facebook, Twitter, MySpace dan LinkedIn. Pertumbuhan mereka sangat gilang-gemilang. Ditambah pula dengan kenyataan bahwa eksistensi situs-situs tersebut dalam mengarsiteki pola komunikasi dan interaksi baru, baik pada ranah politik, bisnis ataupun sosial. Dalam dunia marketing misalnya, banyak kajian yang menelaah peran situs-situs jejaring sosial dalam menciptakan mekanisme pemasaan baru. Cukup banyak konsep-konsep marketing baru yang muncul akibat kehadiran situs-situs tersebut.Namun, di tengah kegemilangan situs jejaring sosial tersebut, ada sebagian pihak yang tidak turut bertepuk-tangan menyambut peran media-media sosial tersebut.
Di Indonesia misalnya, beberapa waktu lalu mengemuka wacana fatwa haram untuk Facebook dari sebagian ulama di Jatim. Selain itu, yang paling fenomenal adalah pemblokiran Facebook oleh pemerintah Iran selama masa kampanye pemilihan presiden di sana.

Dalam dunia pemasaran, ada Gene Mark yang mewanti-wanti para pebisnis atas mitos-mitos yang ditimbulkan situs-situs jejaring sosial. Melalui tulisannya di Business Weeks, Mark mengemukakan beberapa mitos yang jika saya sederahanakan akan mengemuka 3 (tiga) mitos utama, yaitu

 Situs jejaring sosial adalah media pemasaran yang murah. Menurut Mark, memang pebisnis atau perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berpromosi di Facebook, Twitter atau lainnya, tapi itu ditimpali oleh cost lain yang tak kalah besarnya yaitu Waktu (Time). Pebisnis perlu mengalokasikan waktu yang banyak untuk berpromosi di media sosial terlebut. Dan menurut Mark, hal itu memungkinkan timbulnya opportunity cost yang besar andai perusahaan melakukan promosi melalui mekanisme lain.

 Situs jejaring sosial adalah media yang paling ampuh untuk menggaet pelanggan. Menurut Mark, kebanyakan para users Facebook ataupun Twitter adalah kawula muda yang menggunakan itu sebatas mencari gebetan, ataupun narsis-narsisan dengan sejawatnya. Hal ini berimplikasi pada usaha perusahaan yang mesti lebih keras untuk menggaet mereka sebagai pelanggannya. Menurut Mark, ini jelas cukup sulit dilakukan, tidak hanya usaha yang keras tapi juga memakan banyak waktu yang bukan tidak mungkin berujung kesia-siaan.

 Situs jejaring sosial adalah moda komunikasi dan interaksi masa depan. Banyak orang berpendapat, bahwa situs-situs jejaring sosial adalah masa depan komunikasi dan interaksi manusia. Intinya, situs-situs jejaring sosial tersebut akan terus bertahan untuk jangka waktu yang relatif lama. Mark tidak terlalu percaya dengan itu. Ia mencontohkan Twitter yang mengalami pertumbuhan dibawah 30%, MySpace yang terus mengalami penurunan pengunjung, hingga Geocities yang akhirnya ditutup oleh Yahoo! Gara-gara kehilangan pangsa pasar. Menurut Mark, tren ini mengabarkan kepada para marketer untuk lebih waspada akan eksistensi situs-situs jejaring sosial di masa depan. Mungkin Mark berasumsi bahwa situs-situs jejaring sosial tersebut hanyalah gejala fad yang hanya benderang di satu malam kemudian temaram di waktu lain (one night stand).

Saya sendiri tidak terlalu sepakat dengan apa yang dilakukan Mark. Menurut saya, Mark terlalu mendasarkan argumennya pada konklusi untung-rugi. Padahal, lebih dari itu, situs-situs jejaring sosial memberikan ruang untuk pengenalan produk, ide ataupun gerakan sosial dalam skala yang massif. Memang, akan cukup sulit menggaet pelanggan melalui Facebook dalam waktu singkat. Namun, minimal dengan berpromosi di Facebook akan tercipta brand awareness masyarakat terhadap produk kita. Nantinya, produk kita akan semakin dikenal yang bukan tidak mungkin mencipta impulse buying di masa-masa mendatang.

Jika kita tarik pada tataran yang lebih luas, situs-situs jejaring sosial juga sangat bermanfaat dalam memasarkan ide atau gerakan bernarasi sosial. Facebook misalnya, memberikan aplikasi “Cause” yang membuat orang dapat menciptakan wacana atas suatu hal. Para pegiat anti-rokok atau anti-aborsi misalnya, mendapatkan keuntungan untuk memasarkan kampanye-nya tersebut. Tengok saja, dalam sekejap banyak orang yang bergabung di “cause” macam demikian ataupun di grup-grup yang menyuarakan hal yang sama.

Melalui itu, Facebook dan situs jejaring sosial lain, memberikan ketukan awal untuk menjalarkan pesan secara massif dalam waktu sekejap. Karena itu, kecenderunganya akan semakin banyak orang yang membentuk kerumuman, bergunjing dan (mungkin) beraksi atas suatu wacana tertentu. Inilah online word of mouth mechanism.

Karena itu, saya jadi tergelitik ketika ramai terdengar segelintir orang yang menggulirkan fatwa haram guna “membunuh” Facebook. Ah masa? Masa iya Facebook haram? Saya jelas tidak bersepakat dengan itu. Daripada menggunjing demikian, lebih baik menggunjing tentang bahaya rokok atau isu-isu lainnya saja kan? Tentunya itu kita lakukan melalui Facebook. Insya Allah 100% Halal!. -)

Source Pics: Flickr

0 komentar to ““Membunuh” Facebook atau Meruntuhkan Mitos?”

Posting Komentar

 

Marketing Kami Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger