Megawati diserang (Negative) WOM!

,
Saya terkaget-kaget ketika mendapati “page” di Facebook yang berlabel “Say “NO” to Megawati” berhasil menggaet sekitar 39.000 suporter hanya dalam tempo kurang dari dua hari. Selain itu, intensitas aktivitas di page ini begitu cepat dan rapat. Saya mencoba memberi komentar di wall page tersebut. Selang beberapa menit, ternyata komentar saya sudah meluncur entah di urutan berapa tertimbun komentar-komentar baru. Bisa jadi, page tersebut menjadi page bikinan orang Indonesia paling cepat perkembangannya selama ini. Well, F*%$ing Awesome!

Fenomena tersebut menjadi bukti tatkala media jejaring sosial yang berbasikan Web 2.0. menjadi tools signifikan dalam mekanisme Word of Mouth (WOM). Media-media jejaring sosial tersebut, memang menawarkan kemudahan mengalirnya informasi secara cepat dari satu orang ke jutaan orang lainnya. Facebook misalnya, ketika terjadi update aktivitas yang dilakukan user ataupun teman kita maka akan terekam dalam homepage kita. Hal tersebut jelas berkecenderungan menarik kita untuk melihat apa yang telah dilakukan teman kita, baik itu perubahan “relationship status”, ulangtahun, grup yang diikuti ataupun page yang digemari. Dari sinilah WOM mengalir bak virus rabies di Bali, cepat, menusuk nadi banyak orang.

Dalam dunia pemasaran kontemporer sendiri, WOM dalam Web 2.0. menjadi wacana yang meningkat akhir-akhir ini. Banyak studi yang dilakukan oleh pakar marketing yang menyuratkan satu garis tentang efektifnya WOM berbasis Web 2.0 khususnya situs jejaring sosial. Studi Trusov et.al (April 2008) misalnya, menunjukkan hasil bahwa efektivitas WOM berbasis internet 2.5 kali lebih tinggi dibandingkan sistem periklanan tradisional.

Fenomena dan hasil studi tersebut wajar menggejala. Internet sekarang jauh lebih komunikatif, dan interaktif. Semuanya saling berjalin (interwined), menerabas budaya tatap muka, geografis apalagi SARA. Inilah perkembangan signifikan di abad yang tunggang-langgang ini. Masyarakat semakin mudah melakukan kontrol sosial baik itu terhadap produk, perusahaan ataupun politisi. Sistem pemasaran tidak dapat seenaknya mengebiri aspek kejujuran. Karena, semuanya dapat ditelikung oleh berlimpah-ruahnya informasi yang didapat, dipunya, dan di-share oleh masyarakat.

Namun sayangnya (bagi Megawati), perkembangan ini justru menghadirkan negative WOM bagi dirinya. Hadir dan berkembang pesatnya page “Say “NO” to Megawati jelas memberikan preseden buruk bagi sebagian kecil masyarakat kita. Selain itu, bukan tidak mungkin perkembangan page yang sangat cepat tersebut akan terendus media mainstream seperti surakabar, dan televisi. Walhasil, informasi akan menjalar ke seantero negeri. Ini sangat berbahaya terhadap image Megawati yang (kelihatannya) masih memiliki libido untuk menjadi presiden. Bisa-bisa image Megawati ambruk karena pesatnya resistensi masyarakat terhadap pencalonan dirinya sebagai presiden.

Inilah pelajaran penting bagi para politisi: masyarakat semakin dewasa, informasi kian terbuka, karenanya konsistensi dan kejujuran menjadi niscaya dalam kampanye. Bila tidak, kita akan menodongkan senjata yang lebih mematikan dibanding AK-47: resistensi publik yang menyebar bak kolera.

1 komentar:

  • 10 April 2009 pukul 03.09
    Guest says:

    akh megawati waduk..
    geuleuh psn tai ucing PDIP..Hhe

    delete

Posting Komentar

 

Marketing Kami Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger