Sejak kemunculannya sebagai topik pada paruh pertama abad XX, marketing terus berevolusi dan revolusi untuk terus “menjadi” dan “menjadi”. Pada perjalannya, akhirnya, marketing terus mendapat perhatian dan kajian serius dari manusia di dunia ini. Tak heran banyak pakar marketing bermunculan, mulai dari Philip Kotler—yang booming di periode 90-an, Seth Godin—dengan ide-ide konyolnya, hingga Hermawan Kertajaya yang mencerahkan dengan New Wave Marketing-nya beberapa waktu belakangan ini.
Pelbagai fenomena cum kelahiran banyak pakar ini, kemudian menggelandang definisi dan konsep marketing pada tataran yang lebih kompleks, sebanyak pakar yang mengemukakannya. Bagi Kotler—dalam buku membosankan “According to Kotler”—misalnya, marketing dipandang sebagai ilmu dan seni menjelajah, menciptakan dan menyampaikan nilai-nilai kebutuhan pasar untuk memuaskannya demi meraih laba. Apa yang dilontarkan Bung Kotler, bisa jadi, salah satu dari ratusan bahkan ribuan definisi tentang marketing tersebut. Pusing juga kami dengan binatang yang satu ini..
Bagi kami—para gerilyawan marketing—,banyaknya konsep dan definisi tersebut tidak menjadi soal. Ia justru jadi fenomena yang menarik cum inspiratif. Kami juga—walaupun bukan pakar—ingin melontarkan binatang apa itu marketing?
Bagi kami, MARKETING ADALAH KAMI, dan KAMI ADALAH MARKETING. As simple as that…Kami bukan pakar yang punya otoritas dan pengakuan untuk merenda redaksi definisi marketing. Tapi, kami tahu “apa itu marketing?”. Tubuh kami adalah sinergi total dari marketing. Sejarah kami (manusia) adalah sejarah marketing. Dalam cinta kami ada marketing. Dalam hidup kami butuh marketing. Karena marketing serupa tubuh kami, dan tubuh kami serupa marketing.
Percayalah kami sudah merasakannya. Inilah MARKETING KAMI.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)