Twitter dan Kuasa “Pemangsa”

,

Bagi sebagian orang, pada awalnya, mungkin menganggap remeh apa yang dihadirkan Twitter. Situs micro-blogging ini “hanya” menawarkan 140 karakter untuk penggunannya dalam berkabar dan berkeluh kesah atas apa yang sedang dilakukannya. Lalu, pengguna lainnya (follower) berkomentar atas apa yang kita ungkapkan. Sepele, sangat remeh-temeh bahkan.

Tapi, kini, kesederhanaan yang ditawarkan Twitter mampu menghadirkan arus “Getok Ular” (Word of Mouth) gaya baru dalam dunia pemasaran. Twitter, banyak digunakan perusahaan untuk mengiklankan produknya. Efek yang dihadirkan Twitter memang luar biasa. Interaksi antara perusahaan dan pelanggan menjadi begitu intens, cepat dan dalam artian dunia maya. Informasi, seolah telah meruntuhkan pelbagai batas: geografis, waktu, dan alur. Inilah efek domino kehadiran Web 2.0.

Fenomena ini jelas menjadikan sistem promosi produk menjadi lebih efektif ketimbang media mainstream lainnya, seperti televisi. Kita tahu iklan melalui televisi seringkali berlaku satu arah. Seluruh informasi yang diberikan perusahaan seolah-olah benar, tanpa cacat. Akibatnya, pelanggan seringkali merasa tertipu ketika sudah membeli produk tersebut. Parahnya lagi, komplain dari pelanggan sangat sulit untuk disampaikan kepada perusahaan.
Twitter, saya kira, telah berhasil mengeliminir gaps antara perusahaan dan pelanggan tersebut. Kelebihan dan kekurangan produk yang diiklankan akan cepat menjalar bak wabah demam berdarah hanya dengan sekali “getok”. Baik perusahaan maupun pelanggan mendapat manfaat dari ini. Bagi perusahaan, respon baik negatif ataupun positif dari pelanggan akan dapat terekam dengan cepat dan akurat. Sehingga, menjadi tolok-ukur dalam memperbaiki kualitas produk tersebut sembari mereduksi komplain dari pelanggan. Sementara itu, pelanggan mendapat manfaat dalam hal informasi baik kelebihan ataupun kualitas produk yang bersangkutan dari berbagai pihak, tidak hanya dari perusahaan tapi juga dari konsumen lain. Sehingga dapat meminimalisir ketidakpuasan mereka ketika membeli produk tersebut.

Fenomena Twitter ini semakin menegaskan peran signifikan dari “pemangsa” (pelanggan) produk yang dipasarkan. Perusahaan mesti aware akan signifikansi kejujuran dalam menjunjung kualitas produk kita. Karena jika perusahaan berbohong, kini, para “pemangsa” dapat menikam balik produk perusahaan dengan cepat bak kolera. Itu terjadi, salah satunya, dengan Twitter.

Sourcer Pict: Flickr

0 komentar to “Twitter dan Kuasa “Pemangsa””

Posting Komentar

 

Marketing Kami Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger